Cerita Ibu Murid di Medan yang Dihukum Guru Duduk di Lantai, Ungkap Alasan Nunggak SPP
Sebuah kisah memilukan datang dari Medan, Sumatera Utara, di mana seorang murid sekolah dasar (SD) dihukum duduk di lantai oleh gurunya saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Hal ini terjadi lantaran sang murid belum membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Ibunda dari murid tersebut akhirnya angkat bicara dan mengungkapkan alasan di balik tunggakan SPP yang belum terbayarkan.
Kejadian yang Mengundang Keprihatinan
Peristiwa ini menjadi viral setelah foto dan cerita sang murid tersebar di media sosial. Dalam foto tersebut, terlihat seorang anak duduk di lantai kelas, sementara teman-temannya duduk nyaman di kursi masing-masing. Kejadian ini mengundang beragam tanggapan, mulai dari kecaman hingga empati terhadap kondisi keluarga murid tersebut.
Menurut sang ibu, hukuman tersebut diberikan oleh guru karena murid tersebut telah beberapa bulan menunggak pembayaran SPP. Awalnya, sang murid diminta untuk pulang ke rumah sebagai bentuk peringatan kepada Orang tuanya. Namun, anak tersebut memilih untuk tetap berada di kelas karena tidak ingin ketinggalan pelajaran.
Pengakuan Sang Ibu: Alasan Menunggak SPP
Ibu dari murid tersebut akhirnya buka suara mengenai alasan di balik tunggakan SPP yang belum terbayarkan. Ia menjelaskan bahwa kondisi Ekonomi keluarga yang sulit membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.
“Sejak pandemi, Penghasilan keluarga kami menurun drastis. Suami saya hanya bekerja serabutan, dan saya tidak memiliki penghasilan tetap. Kami harus memilih antara memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membayar SPP,” ujar sang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Ia juga mengungkapkan bahwa meskipun sulit, dirinya tetap berusaha mencari cara untuk melunasi tunggakan tersebut. Namun, hingga kejadian ini berlangsung, mereka belum dapat menyelesaikan kewajiban tersebut.
Dampak Psikologis pada Sang Anak
Sang Ibu mengaku sangat terpukul mengetahui anaknya dihukum duduk di Lantai. Ia khawatir kejadian tersebut akan berdampak buruk pada psikologis anaknya, terutama karena insiden itu terjadi di depan teman-teman sekelasnya.
“Anak saya pulang ke rumah dengan wajah sedih. Dia bilang teman-temannya menertawakan dia karena harus duduk di lantai. Saya sebagai orang tua merasa sangat sedih dan tidak tahu harus bagaimana,” ungkapnya.
Respons Sekolah
Pihak Sekolah telah memberikan klarifikasi terkait kejadian tersebut. Kepala Sekolah menyatakan bahwa hukuman tersebut bukan bermaksud untuk mempermalukan murid, melainkan untuk memberi peringatan kepada orang tua agar segera melunasi tunggakan SPP.
“Kami memohon maaf jika tindakan guru kami dianggap tidak pantas. Namun, kami berharap orang tua murid memahami pentingnya membayar SPP untuk mendukung operasional sekolah,” ujar kepala sekolah.
Meskipun demikian, kasus ini mendapat sorotan tajam dari masyarakat yang menilai bahwa tindakan tersebut tidak sesuai dengan prinsip pendidikan yang inklusif dan menghormati hak anak.
Reaksi Masyarakat dan Pemerhati Pendidikan
Kasus ini memancing berbagai reaksi dari masyarakat dan pemerhati pendidikan. Banyak yang menganggap tindakan menghukum anak karena masalah keuangan adalah bentuk diskriminasi yang tidak seharusnya terjadi di lingkungan pendidikan.
“Sekolah adalah tempat yang seharusnya melindungi anak, bukan mempermalukan mereka. Jika ada masalah keuangan, sebaiknya dibicarakan langsung dengan orang tua, bukan dengan menghukum anak,” kata seorang pemerhati pendidikan, Maria Simanjuntak.
Harapan dan Solusi
Sang ibu berharap agar pihak sekolah tidak lagi menghukum anaknya atau murid lain yang mengalami kesulitan ekonomi. Ia juga meminta agar sekolah dapat memberikan kebijakan yang lebih fleksibel bagi keluarga yang sedang dalam kondisi sulit.
Beberapa solusi yang diusulkan oleh pemerhati pendidikan untuk mencegah kasus serupa di masa depan adalah:
- Dialog Terbuka dengan Orang Tua Murid
Sekolah dapat mengutamakan pendekatan dialog untuk menyelesaikan masalah tunggakan, tanpa melibatkan anak secara langsung. - Program Bantuan Pendidikan
Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat menyediakan program subsidi atau beasiswa bagi murid dari keluarga kurang mampu. - Pendidikan yang Inklusif dan Tanpa Diskriminasi
Sekolah harus memastikan bahwa semua anak mendapatkan hak untuk belajar tanpa rasa takut atau malu akibat kondisi ekonomi keluarganya.
Kesimpulan
Kasus murid SD di Medan yang dihukum duduk di lantai menjadi cerminan tantangan dalam dunia pendidikan Indonesia. Di satu sisi, sekolah menghadapi keterbatasan sumber daya akibat tunggakan SPP, sementara di sisi lain, anak-anak dari keluarga kurang mampu menjadi korban dari situasi tersebut.
Diharapkan, kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan manusiawi, di mana setiap anak dapat belajar dengan rasa nyaman tanpa diskriminasi.