Kehebatan Inter dan PSG yang sesungguhnya adalah kualitas teknis mereka di lini tengah
Sepak Bola Modern dan Obsesi terhadap Pressing: Apakah Kita Sudah Melenceng?
Selama sekitar satu dekade terakhir, sepak bola telah terobsesi dengan pressing. Ini bukanlah konsep baru dalam olahraga ini—kita bisa menelusurinya hingga hampir seabad yang lalu—tetapi belakangan ini, pressing mencapai tingkat yang membuat kita mempertanyakan apakah sepak bola masih berada di jalur yang benar. Peningkatan kapasitas fisik pemain modern memungkinkan mereka berlari lebih cepat, menempuh jarak lebih jauh, dan melakukannya berulang-ulang.
Manfaat dan Masalah Pressing
Manfaat pressing tentu sangat jelas. Merebut bola di area lawan sangat berharga bagi tim dan bisa menjadi hal yang menarik bagi penonton. Masalah muncul ketika pemain dipilih terutama karena kemampuan pressing-nya, bukan karena keahlian mereka dalam menguasai bola. Pada titik itu, kekuatan lari telah mengalahkan kualitas teknis, dan hal itu mengurangi daya tarik sepak bola, yang seharusnya indah secara estetika, bukan hanya secara fisik.
Ketika mantan manajer Manchester United, Ralf Rangnick, mengeluh bahwa Cristiano Ronaldo “bukanlah pemain yang berteriak ‘Hore! Lawan dapat bola, di mana kita bisa merebutnya?'”, kita mulai mempertanyakan esensi sepak bola. Apakah kita benar-benar menginginkan pemain kelas dunia yang bersorak ketika lawan menguasai bola karena mereka mungkin bisa memaksakan turnover? Ataukah kita lebih menginginkan pemain kelas dunia yang, ya tahu lah, lebih suka ketika tim mereka sendiri yang menguasai bola?
Pressing yang Cerdas vs. Pressing Buta
Ini bukanlah kritik terhadap konsep pressing itu sendiri. Ketika Arsenal memenangkan final Liga Champions Wanita pekan lalu, pressing mereka sangat baik. Namun, itu adalah pressing yang cerdas dari sebuah tim yang lini tengahnya diisi oleh dua playmaker (No. 10), dan duo bek tengahnya terdiri dari mantan gelandang tengah dan mantan bek kiri. Arsenal pada dasarnya adalah tim yang teknis dan mahir mengolah bola—yang juga pressing dengan baik.
Final Liga Champions Pria: PSG dan Permainan Teknis
Hal ini membawa kita ke final Liga Champions pria akhir pekan ini, di mana kedua tim harus dinilai dengan cara yang sama. Selama ini, PSG sering dinilai berdasarkan kerja keras mereka tanpa bola, karena itu sangat berbeda dengan era ketika Lionel Messi, Kylian Mbappé, dan Neymar jarang membantu pertahanan. Namun, ada bahaya jika kita melihatnya dengan cara yang salah. Ya, PSG memang agresif dalam pressing, tetapi mereka juga sangat teknis di lini tengah.

João Neves dan Seni Bertahan dengan Menguasai Bola
Dalam wawancara dengan The Athletic jelang kemenangan PSG atas Arsenal di semifinal, João Neves bercerita tentang betapa ia menikmati mengejar lawan dan merebut bola. Namun, ada satu pernyataannya yang lebih menarik:
“Mereka (Arsenal) mungkin lebih fisik, tapi kami lebih baik dalam menguasai bola. Yang kami inginkan adalah bertahan dengan mengontrol bola di area lawan. Karena memiliki bola adalah cara terbaik untuk bertahan.”
Neves memandang timnya sebagai tim yang lebih terampil secara teknis—dan ia benar. Setelah pertandingan, statistik di media sosial ramai membahas bagaimana Neves mencetak jumlah tackle terbanyak dalam satu musim Liga Champions sejak Gennaro Gattuso di 2007-08. Memang mengesankan, tapi struktur kompetisi yang baru (dengan fase grup lebih panjang dan tambahan dua laga knockout) sedikit mendistorsi angka tersebut.
Obsesi yang Keliru: Mengevaluasi Gelandang Hanya dari Kemampuan Merebut Bola
Kita telah terjebak dalam kebiasaan menilai gelandang berdasarkan seberapa sering mereka merebut bola, alih-alih melihat kemampuan mereka dalam mengolah permainan. Padahal, sepak bola modern membutuhkan keseimbangan antara keduanya.
Fabián Ruiz, misalnya—pemain paling fisik di trio lini tengah PSG—justru unggul dalam mempertahankan penguasaan bola dan mengirim umpan-umpan tajam ke depan. Ia bahkan mungkin menjadi pemain terbaik Spanyol di Euro 2024 lalu, dengan momen puncaknya adalah gol indah lewat dua kali fake shot melawan Kroasia.
Pelajaran untuk Sepak Bola Modern
Bertahan Bukan Hanya Soal Tekanan – Seperti kata Neves, menguasai bola di area lawan adalah bentuk pertahanan yang elegan.
Statistik Bisa Menyesatkan – Angka tackle tinggi tak selalu mencerminkan kualitas gelandang seutuhnya.
Keseimbangan adalah Kunci – Tim terbaik (seperti PSG sekarang) menggabungkan pressing agresif dengan kematangan teknis.