“Jangan menangis karena ini berakhir, tersenyumlah karena ini pernah terjadi.” Itulah kata-kata dari Luka Modric setelah memainkan laga LaLiga terakhirnya bersama Real Madrid.
Setelah bergabung dari Tottenham Hotspur pada tahun 2012, Modric resmi diumumkan akan meninggalkan klub setelah Piala Dunia Antarklub bulan depan. Gelandang asal Kroasia ini telah menjadi bagian penting dalam kesuksesan Los Blancos, dengan mencatatkan 591 penampilan di semua kompetisi, mencetak 43 gol dan memberikan 95 assist.
Modric meninggalkan Madrid sebagai pemain paling sukses dalam sejarah klub dari segi trofi, dengan total 28 gelar bergengsi—termasuk rekor 6 trofi Liga Champions. Ia juga menjadi pemain pertama selain Messi dan Ronaldo yang memenangkan Ballon d’Or sejak Kaka pada 2007, yaitu pada tahun 2018.
Modric menutup karier gemilangnya di LaLiga dengan kemenangan 2-0 atas Real Sociedad. Ia mendapatkan standing ovation dari publik Santiago Bernabéu saat digantikan oleh Chema Andres tiga menit sebelum pertandingan usai.
“Momen yang tidak pernah saya inginkan akhirnya tiba, tetapi ini adalah perjalanan yang panjang dan luar biasa,” kata Modric dalam pidato perpisahannya. “Terima kasih kepada klub, Presiden Florentino Pérez, seluruh pelatih, rekan setim, dan tentu keluarga saya. Kita telah memenangkan banyak hal dan melalui momen luar biasa.”
Di sisi lain, Carlo Ancelotti juga memainkan laga terakhirnya sebagai pelatih Real Madrid dalam pertandingan tersebut, mengakhiri masa keduanya di klub. Meski musim ini berakhir tanpa trofi, Ancelotti tetap tercatat sebagai manajer tersukses dalam sejarah Real Madrid dengan 15 gelar utama.
“Saya sangat bahagia dan bangga. Ini adalah periode yang luar biasa. Real Madrid adalah rumah, keluarga,” ujar Ancelotti kepada Real Madrid TV. “Saya pergi dengan kepuasan dan emosi mendalam. Menjadi bagian dari sejarah klub ini adalah kehormatan dan tujuan saya sejak hari pertama—dan saya telah mencapainya.”
Pelatih berusia 65 tahun itu selanjutnya akan melatih Timnas Brasil, dan diperkirakan akan digantikan oleh manajer Bayer Leverkusen, Xabi Alonso, sebelum Piala Dunia Antarklub dimulai.




